JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat Pendidikan Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Titik Handayani mengatakan pemerintah
harus memperbaiki proses pembelajaran yang dilakukan oleh tenaga
pendidik selain perbaikan kurikulum.
"Perbaikan kurikulum memang
penting tapi yang menjadi persoalan mendasar atau manifestasi dari
sistem kita adalah proses pembelajaran serta pengawasan," kata Titik
Handayani saat dihubungi di Jakarta, Jumat (19/10/2012).
Menurut
dia, di dalam proses pembelajaran akan terlihat bahwa proses jauh lebih
penting daripada produk. Sebab produk yang bagus belum tentu unggul
dalam prosesnya. Di situlah perlunya kejelian seorang guru dalam
mengevaluasi kompetensi yang telah dikuasai oleh para peserta didiknya.
"Pelajaran
apapun yang tidak diintegrasikan akan menjadi sia-sia dan ketika guru
menyampaikan kurikulum itu menjadi penting," ujar dia.
Ia
mengatakan Kurikulum pendidikan dasar dan menengah masih terlalu padat,
sehingga tidak memberikan ruang yang memadai bagi peserta didik untuk
memahami dan mendalami suatu materi dari berbagai aspek.
"Segi
muatan kurikulum sangat berat sekali sehingga keseimbangan antara otak
kiri dan kanan tidak ada jadi hal-hal yang sifatnya pemahaman dan
pendalaman materi tidak terbentuk," ujar dia.
Menurut dia, dialog
antara guru dengan murid amatlah penting untuk menciptakan situasi
egaliter serta demokratis dalam memaknai kembali hubungan murid dengan
sekolah dan murid dengan guru.
"Ki Hajar Dewantara mengatakan jadikan setiap tempat sebagai sekolah dan jadikan setiap orang sebagai guru," ujar dia.
Ia
mengatakan hubungan guru dengan murid yang egaliter serta demokratis
akan membuat murid menjadi tidak depresi dan mencegah tindak kekerasan.
Menurut dia, tanggung jawab pendidikan pendidikan tidak hanya di lingkungan sekolah, melainkan di keluarga dan masyarakat luas.
"Semua
pihak entah itu akademisi, praktisi dan penggiat pendidikan,
pemerintah, DPR, perguruan tinggi, semua insan yang terkait dengan dunia
pendidikan, serta keluarga harus memberikan kontribusi untuk perbaikan
pendidikan. Jadi tidak bisa satu komponen saja yang dilibatkan misalnya
guru," kata dia.
Sebelumnya, staf ahli Mendikbud Prof Kacung
Marijan MA menegaskan bahwa kementerian (Kemendikbud) akan melakukan
perubahan kurikulum pendidikan nasional mulai tahun 2013 untuk
menyeimbangkan aspek akademik dan karakter.
"Perubahan yang
dikontrol langsung Wapres Boediono itu bukan karena ada tawuran
antarpelajar, tapi prosesnya sudah lama (2010) dan kepentingannya
sekarang diperkuat lagi," katanya setelah berbicara dalam Seminar dan
Lokakarya "Teknologi dan Perubahan Sosial" di Pascasarjana ITS Surabaya.
0 komentar:
Posting Komentar